Kamis, 25 Oktober 2012

Pengertian Bisnis


Pengertian Bisnis
            Kata bisnis di ambil dari bahasa Inggris “bussines” dalam bahasa Belanda “bestuur rechts yang berarti kegiatan usaha. Menurut kamus bahsa Indonesia, Bisnis adalah usaha dagang, usaha komersial dalam dunia perdagangan. Dalam UU NO.3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan (UUWDP), pada pasal 1, huruf C ada dua istilah yang digunakan, yaitu “Company” (bentuk usaha yang berupa organisasi atau badan usaha) dan “bussines” (jenis usaha yang berupa akegiatan dalam bidang perekonomian yang dilakukan secara erus menerus oleh pengsaha untuk memperoleh keuntungan atau lebih).
            Menurut Abdurrohman, bisnis adalah suatu urusan atau kegiatan dagang, industri atau keunangan yang dihubungkan dengan kegiatan produksi atau pertukaran barang atau jasa, dengan menempatkan uang dari para entrepreneur dalam resiko tertu dengan motif untuk mendapatkan keuntungan (Friedman, Jack. P).
            Menurut Black, Business is employment, occupation, profession, or commercial activity engaged in for gain, or livelihood. Activity or enterprise for gain, benefit, advantage or livelihood.
            Secara luas bisnis adalah keseluruhan kegiatan usaha yang dijalankan oleh orang atau badan secara teratur dan terus-menerus, yaitu berupa kegiatan mengadakan barang atau jasa maupun fasilitas untuk diperjual belikan, dipertukarkan, atau disewagunakan dengan tujuan mendapat keuntungan.
            Dengan demikian, berdasarkan uraian pengertian bisnis di atas, maka oleh Ricard Burton Simatupang (1996:1) kegiatan usaha dalam bisnis dibedakan menjadi tiga bidang yaitu: Pertama, usaha dalam arti kegiatan perdagangan (commerce), adalah keseluruhan kegiatan jual-beli yang dilakukan oleh oarang-orang atau badan-badan, baik di dalam negeri maupun di luar negeri ataupun antar negara untuk tujuan memperoleh keuntungan. Sebagai contoh kegiatan dealer, agen, grosir, toko, dan lain-lain.
            Kedua, adalah usaha dalam arti kegiatan industri, suatu kegiatan memproduksi atau menghasilkan barang atau jasa yang nilainya lebih berguna dari asalnya. Contohnya adalah industri pertanian, perkebunan, pertambangan, pabrik semen, pakaian, dan lain-lain.
            Ketiga, usaha dalam arti kegiatan melaksanakan jasa (service), yaitu kegiatan yang melaksanakan atau menyediakan jasa-jasa yang dilakukan baik oleh perorangan maupun suatu badan. Contoh: kegiatan untuk jasa perhotelan, asuransi, pariwisata, pengacara, akuntan, dan lain-lain.

Kritik Kuznets Terhadap teori Rostow


Kritik Kuznets Terhadap Teori Rostow
            Berbagai kritik telah dikemukakan oleh toeri Rostow. Salah satu pengkritiknya yang utama adalah kuznets dengan menunjukan bebrapa sifat yang diperlukan agar suatu teori tahap-tahap pertumbuhan ada manfaatnya, Kuznets menyatakan bahwa teori Rostow hanya memiliki sebagian kecil saja dari sifat-sifat tersebut. Menurut kuznets, teori mengenai tahap-tahap pertumbuhan ekonomi perlu ditanggapi dengan serius hanya apabila dipenuhi beberapa syarat berikut :
ü  Setiap tahap harus merupakan tahap yang mempunyai ciri-ciri yang secara empiris dapat diselidiki kebenarannya.
ü  Ciri-ciri setiap tahap tahap harus cukup nyata bedanya dengan tahap lainnya.
ü  Harus dijelaskan hubungkan analitis dengantahap sebelumnya, yaitu bentuk-bentuk proses yang akan berlaku untuk mengakhiri suatu tahap tertentu dan menyebabkan terciptanya tahap selanjutnya.
ü  Hubungan analitis engan tahap berikutnya juga harus dijelaskan.
ü  Ruang lingkup (universe) di mana teori tersebut berlaku harus dengan tegas pula dinyatakan.

Kritik Terhadap Teori Tahap-Tahap Pertumbuhan
Menurut Kuznets, perbedaan diantara berbagai tahap dalam teori Rostow sangat kabur. Tahap parasyarat untuk mncapai lepas landas dan tahap lepas landas sangat sukar dibedakan karena beberapa ciri yang dinyatakan terdapat dalam tahap lepas landas sudah berlaku pada tahap sebelumnya. Rostow menyatakan bahwa perkembangan prasrana akan berlaku pada tahap sebelumnya. Rostow menyatakan bahwa perkembangan dan kenaikan produktivitas sektor pertanian dan perkembangan prasarana akan berlaku pada tahap prasyarat lepas landas. Hal ini hanya mungkin berlakuapabila tingkat penanaman modal meningkat dengan cepat. Berarti kenaikan penanaman modal yang cepat, yang dinyatakan oleh Rostow sebagai salah satu ciri penting pada tahap lepas landas, sudah berlaku pada masa sebelumnya.
            Ciri yang ketiga dalam tahap lepas landas mengatakan bahwa telah ada atau akan segera tercipta suatu rangka dasar politik, sosial dan institusional yang akan menciptakan atau menjadi pendorong perluasan kegiatan ekonomi. Ciri seperti ini juga terdapat dalam sebelum lepas landas. Juga dianggap, dalam tahap menuju ke arah kedewasaan. Ciri semacam ini juga terdapat dalam tahap lepas landas. Satu-satunya ciri yang berbeda diantara tahap menuju ke arah kedewasaan adalah mengenai perkembangan tingkat penanaman modal. Sebagai salah satu ciri tahap lepas landas , dengan tegas dinyatakan bahwa tingkat penanaman modal mengalami kenaikan yang sangat pesat, sedangkan dalam tahap sesudahnya tidak dinyatakan dengan tegas apakah hal tersebut masih berlaku atau tidak. Menurut Kuznets, adanya perbedaan yang tidak begitu nyata antara ciri-ciri tahap lepas landas dengantahap sebelum dan sesudahnya menyebabkan manfaat untuk membahas hubungan analitis antara tahap-tahap tersebut sangat terbatas sekali.
            Kuznets juga mengkritik kegagalan Rostow dalam menyatakan ruang lingkup di mana teori berlaku, yaitu pada masyarakat yang bagaimana teorinya berlaku. Walaupun tidak dinyatakan, sebenarnya hal ini tidak sukar untuk diterka. Dari analisiss Rostow dapat disimpulkan bahwa walaupun teorinya tersebut didasarkan kepada pembangunan yang berlaku di negara maju, teori tersebut dimaksudkan untuk menunjukan tahap-tahap pembangunan ekonomi yang akan dilalui oleh negara berkembang.

Kritik Terhadap Tahap Lepas Landas
            Aspek yang lebih penting dari kritik Kuznets terhadap teori Rostow adalah mengenai terbatasnya ciri-ciri dari teori tersebut yang dapat diselidiki kebenarannya secara empiris. Menurut Kuznets sebagian besar dalam ciri-ciri tahap pertumbuhan ekonomi yang dinyatakan Rostow tidak mudah diuji secara empiris, dan untuk yang dapat diselidiki, kenyataannya yang diperoleh sangat berbeda dengan apa yang digambarkan Rostow. Dalam tahap lepas landas, satu-satunya ciri yang dapat diuji secara empiris adalah kenaikan tingkat penanaman modal dari 5 persen menjadi 10 persen.
Berdasarkan tingkat penanaman modal di berbagai negara seperti dijelaskan di atas, Kuznet mengemukakan kritik seperti berikit:
1.         Tingkat penanaman modal pada permulaan tahap lepas landas di beberapa negara yang dinyatakan Rostow adalah lebih tinggi daripada yang disinyalir Rostow, Yaitu 5 persen.
2.         Dalam tahap lepas landas tingkat penanaman modal tidak berkembang menjadi dua kali lipat.
3.         Rasio modal produksi tidaklah tetap sebesar 3,5 tetapi berbeda-beda di berbagai negara, dan dalam suatu negara berbeda-beda pula dari satu masa ke masa lainnya.
4.         Seperti juga perkembangan tingkat penanaman modal, yang pada umumnya mengalami kenaikan yang lambat pada tahap lepas landas, pendapatan nasional mengalami perkembangan yang lambat dalm masa tersebut.

Masalah Membedakan Berbagai Tahap
            Adanya ketidaksesuaian antara fakta-fakta yang terdapat di beberapa negara pada masa di mana negara-negara itu dianggap oleh Rostow mencapai tahap lepas landas dengan ciri-ciri tahap lepas landas seperti yang dikemukakannya, menyebabkan Kuznets meragukan perlunya membedakan tahap lepas landas dengan tahap sebelum dan sesudahnya. Keberatan Kuznets terhadap perlunya membedakan proses pertumbuhan ekonomi dalam bebrapa tahap diperkuat pula oleh tiga pertimbangan lainnya.
            Pertama, adalah tidak mungkin membedakan antara masa di mana suatu negara mempersiapkan dirinya mencapai pembangunan yang pesat dengan masa di mana pembangunan pesat itu sudah mulai berlaku. Apabila suatu negara telah mempersiapkan diri untuk memulai pembangunan yang lebih laju, maka pada waktu yang sama pembangunan yang pesat sudah mulai terjadi. Lebih spesifik Kuznets mengatakan, ia tidak melihat kemungkinan terciptanya kenaikan produktivitas pertanian yang akan mengakibatkan kenaikan produksi bahan makanan perkapita dan menciptakan tabungan yang menurut Rostow merupakan keadaan yang akan berlaku pada tahap prasyaratuntuk lepas landas tanpa pembangunan yang pesat di sektor industri pengolahan dan sektor-sektor lainnya. Sektor-sektor inilah yang akan menyediakan kesempatan kerja untuk tenaga kerja dari sektor pertanian yang tidak dapat memperoleh pekerjaan disektornya sendiri, dan menyediakan barang-barang yang diperlukan sektor pertanian sebagian akibat dari pendapatan yang bertambah. Apabila berbagai sektor itu berkembang, maka pertumbuhan ekonomi yang tercipta akan lebih pesat dari pada laju perkembangan yang dinyatakan oleh Rostow pada tahap prasyarat lepas landas. Berarti menurut Kuznets, pertumbuhan ekonomi yang pesat tidak terjadi pada tahap awal lepas landas, tetapi pada tahap selanjutnya.
            Kedua, di samping mempunyai banyak persamaan, proses pmbangunan ekonomi di berbagai negara mempunyai ciri-ciri yang berbeda. Dua faktor penting yang menimbulkan adalah: terdapatnya perbedaan keadaan masyarakat di berbagai negara  pada taraf permulaan proses pembangunan, dan masa dimulainya proses pembangunan perbedaan dalam corak pembangunan lebih jelas kelihatan karena besarnya perbedaan yang ditimbulkan oleh warisan sejarah masing-masing negara. Pengaruh dari faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya perbedaan tersebut lebih kuat dari pengaruh dari faktor-faktor yang sama sifatnya di berbagai negara yang juga mempengaruhi corak proses pembangunan. Oleh sebab itu, dalam mengemukakan  teori tahap-tahap pertumbuhan haruslah ditunjukan bukan ciri-ciri yang sama tetapi juga yang berbeda. Hal yang terakhir ini tidak disinggung Rostow dalam mengemukakan teori tahap-tahap pertumbuhan ekonominya.
            Ketiga, dalam tahap berikutnya setelah tahap lepas landas dikatakan oleh Rostow bahwa pembangunan akan bersifat self-sustained, yaitu proses tersebut dengan sendirinya akan menciptakan kekuatan-kekuatan yang mendorongpembangunan lebih lanjut. Hal ini dianggap Kuznets sebagai sifat umum dari proses yang selalu bersifat self-sustained pada setiap tingkat proses tersebut. Akan tetapi di samping itu, pada setiap tingkat pembangunan terdapat pula kekuatan yang menciptakan self-limiting effects, dan laju pembangunan ditentukan oleh faktor-faktor yang menciptakan masing-masing kekuatan itu. Maka, menurut Kuznets proses pembangunan merupakan proses adu kekuatan di antara faktor-faktor yang mendorong dengan yang menghambat pembangunan, dan bukanlah suatu proses yang secara otomatis menciptakan peningkatan taraf kegiatan ekonomi dari masa ke masa.

teori Rostow terhadap tahap-tahap pertumbuhan ekonomi


Teori Rostow Terhadap Tahap-Tahap Pertumbuhan Ekonomi

Teori tahap-tahap pertumbuhan ekonomi yang dicetuskan oleh W.W Rostow yang pada mulanya dikemukakan sebagai suatu artikel dalam economic journal dan kemudian dikembangkan lebih lanjut dalam bukunya; The Stage Of Economic Growth. Menurut Rostow proses perkembangan ekonomi dasar dapat dibedakan dalam lima tahap dan setiap negara di dunia dapat digolongkan ke dalam salah satu dari kelima tahap pertumbuhan ekonomi yang dijelaskannya. Kelima tahap pertumbuhan itu adalah ;
1. Masyarakat Tradisional (the traditional society)
2. Prasyarat untuk lepas landas (the precondition for take-off)
3. Lepas landas (take off)
4. Gerakan ke arah kedewasaan (the drive to maturity), dan
5. Masa konsumsi tinggi (the age of high mass consumption)


1. Masyarakat Tradisonal
        Rostow mengartikan tahap masyarakat tradisional sebagai suatu masyarakat yang strukturnya berkembang didalam fungsi produksi yang terbatas, yang didasarkan kepada teknologi, ilmu pengetahuan, dan sikap masyarakat sebelum masa Newton. Yang dimaksud oleh Rostow dengan masyarakat sebelum masa Newton adalah suatu masyarakat yang masih menggunakan  cara-cara berproduksi yang relatif primitif dan cara hidup masyarakat yang masih sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dicetuskan oleh nilai-nilai yang tidak rasional, tetapi oleh kebiasaan yang telah berlaku secara turun-temurun.
            Menurut Rostow dalam suatu masyarakat tradisional tingkat produksi perkapita dan tingkat produktivitas pe-kerja masih sangat terbatas, oleh sebab itu sebagian sumber daya masyarakat digunakan untuk kegiatan sektor pertanian.  Dalam sektor ini stuktur sosialnya sangat bersifat hierarkis, yaitu anggota masyarakat mempunyai kemungkianan yang sangat kecil sekali untuk mengadakan mobilitas secara vertikal. Maksudnya disini, kedudukan seseorang dalam masyarakat akan berbeda dengan kedudukan ayahnya, kakenya, dan nenek moyangnya. Kecil sekali kemungkinan seorang anak petani menjadi tuan tanah atau kelas masyarakat lain yang lebih tinggi dari petani. Jadi hubungan keluarga dan kesukuan sangat besar sekali pengaruhnya terhadap organisasi yang tedapat dalam masyarakat dan dalam menentukan kedudukan sesorang dalam masyarakat.
            Mengenai kegiatan politik dan pemerintahan dalam tahap masyarakat tradisional, Rostow menggambarkan bahwa walaupun kadang-kadang terdapat sentralisasi dalam pemerintahan, pusat dari kekuasaan politik terdapat di daerah-daerah, ditangan tuan-tuan tanah yang berkuasa dalam berbagai daerah. Kebijaksanaan pemerintah pusat selalu dipengaruhi oleh pandangan tuan-tuan tanah di berbagai daerah tersebut.


2. Prasyarat Untuk Lepas Landas
Rostow mengartikan pembangunan ekonomi sebagai suatu proses yang menyebabkan perubahan ciri-ciri penting dari suatu masyarakat: yaitu perubahan dalam sistem politiknya, struktur sosialnya, nilai-nilai masyaraktnya, dan stuktur kegiatan ekonominya. Apabila perubahan-perubahan seperti itu muncul, maka proses pertumbuhan ekonomi dapatlah dikatakan sudah mulai berlaku (wujud). Suatu masyarakat yang telah mencapai taraf proses pertumbuhan demikian sifatnya, yaitu pertumbuhan ekonomi sudah lebih sering terjadi, sudah bolehlah dianggap sebagai berada pada tahap prasayarat untuk lepas landas. Rostow mendefinisikan tahap ini sebagai suatu masa transisi pada ketika dimana suatu masyarakat telah mempersiapkan dirinya, untuk dipersiapkan dari luar untuk mencapai pertumbuhan yang mempunyai kekuatan untuk terus berkembang (self-sustained growth). Menurut  Rostow pada tahap ini dan sesudahnya pertumbuhan ekonomi akan berlangsung secara otomatis.
            Tahap prasyarat untuk untuk lepas landas dibedakan oleh Rostow dalam dua bentuk. Yang pertama adalah prasyarat lepas landas yang dicapai oleh negara-negara Eropa, Asia, Timur Tengah, dan Afrika; yang dilakukan dengan merombak masyarakat tradisional yang sudah lama ada. Bentuk yang kedua adalah yang dicapai oleh negara –negara seperti Amerika serikat, Kanada, Australia, dan Selandia baru, yang dapat mencapai tahap prasyarat lepas landas tanpa harus merombak sistem masyarakat tradisional karena masyarakat di negara-negara itu terdiri dari imigran yang telah mempunyai sifat-sifat yang diperlukan oleh sesuatu masyarakat untuk tahap prasyarat lepas landas.

3. Lepas Landas
            Dalam tahap lepas landas  pertumbuhan merupakan peristiwa yang selalu terjadi. Awal dari masa lepas landas adalah masa berlangsungnya perubahan yang sangat drastis dalam masyarakat, seperti revolusi politik, terciptanya kemajuan yang pesat dalam inovasi atau berupa terbukanya pasar-pasar baru. Jadi faktor penyebabnya dimulainya masa lepas landas berbeda-beda. Yang penting, sebagai akibat dari perubahan-perubahan ini secara teratur akan tercipta pembaruan-pembaruan (innovasions) dan peningkatan penanaman modal. Dan, penanaman modal yang makin bertambah tinggi tingkatnya ini mengakibatkan tingkat pertambahan pendapatan nasional menjadi bertambah cepat dan akan melangkahi tingkat pertambahan penduduk. Dengan demikian tingkat pendapatan perkapita makin lama akan menjadi makin bertambah besar.
Tiga ciri tahap lepas landas
1.        Terwujudnya kenaikan dalam penanaman modal yang produktif dari lebih kurang 5 persen menjadi 10 persen dari Produk Nasional Neto (Neto Natioanl Product atai NNP).
2.        Terjadinya peningkatan satu atau bebrapa sektor industri dengan tingkat laju perkembangan yang tinggi.
3.        Adanya suatu Platform politik, sosila, dan institusional baru yang akan menjamin berlangsungnya segala tuntutan perluasan di sektor modern, dan potensi ekonomi ekstern (external economies) yang ditimbulkan oleh kegiatan lepas landas, sehingga pertumbuhan dapat terus-menerus berjalan.
Dalam ciri yang ke-tiga di atas termasuk pula kemampuan untuk mengerahkan modal dari sumber-sumber dalam negeri, karena kenaikan tabungan dalam negeri besar sekali peranannya dalam menciptakan tahap lepas landas. Inggris dan Jepang misalnya, mencapai masa lepas landas tanpa sedikitpun mengimpor modal.
            Rostow menekankan tentang perlunya kenaikan tingkat penanaman modal sebagai prasyarat untuk mencapai lepas landas karena hanya dengan terciptanya keadaan tersebut perekonomian dapat berkembang lebih laju daripada tingkat pertambahan penduduk. Misalkan suatu perekonomian mengalami pertambahan penduduk sebesar 1 sampai 1,5 persen dan rasio modal produksinya (capital output ratio) adalah 3,5 persen dari pendapatan nasional hanya untuk menjaga agar tingkat kesejahteraan masyarakat tidak mengalami penurunan. Tingkat penanaman modal sebesar itu akan menciptakan pertambahan dalam pendapatan nasional sebesar 1 sampai 1,5 persen, berarti sama dengan tingkat pertumbuhan penduduk. Dengan demikian, untuk menciptakan kenaikan tingkatpendapatan perkapita, tingkat penanaman modal yang diperlukan haruslah lebih besar dari 5,25 persen.

4. Gerakan Ke arah Kedewasaan
          Tahap pembangunan yang berikut adalah gerakan ke arah kedewasaan, yang diartikan oleh Rostow sebagai: masa di mana masyarakat sudah efektif menggunakan teknologi modern pada sebagian besar faktor produksi dan kekayaan alamnya.
            Dalam tahap ini sektor-sektor ekonomi berkembang lebih lanjut, sektor-sektor pelopor baru akan muncul untuk menggantikan pelopor lama yang akan mengalami kemunduran. Sektor-sektor pemimpinan pada tahap gerakan ke arah kedewasaan coraknya ditentukan oleh perkembangan teknologi, kekayaan alam, sifat tahap lepas landas yang berlaku, dan juga oleh bentuk kebijakan pemerintah.
            Dalam menganalisis ciri-ciri tahap gerak ke arah kedewasaan, Rostow menekankan penelaahannya kepada corak perubahan sektor pemimpin dan sektor industri pelopor di beberapa negara yang sekarang ini telah menjadi negara maju, dan ia menunjukan bahwa di tiap-tiapp negara tersebut jenis-jenis sektor pemimpin pada tahap sesudah lepas landas berbeda dengan yang ada pada tahap lepas landas. Di Inggris, misalnya, industri-industri kecil yang telah mempelopori pembangunan pada tahap lepas landas telah digantikan oleh industri besi, batu bara, dan peralatan teknik berat. Sedangkan di Amerika Serikat, Perancis, dan Jerman dimana pengembangan jaringan jalan kereta apai memegang peranan penting dalam menciptakan pembangunan pada tahap  lepas landas, telah digantikan perannya sebagai sektor pelopor oleh industri baja dan industri peralatan berat.
            Selanjutnya Rostow menyinggung ciri-ciri yang bersifat non-ekonomi dari masyarakat yang  telah mencapai tahap gerakan ke arah kedewasaan dan yang hampir memasuki tahap berikutnya. Ciri-ciri tersebut adalah:
1.      Struktur dan keahlian tenaga kerja mengalami perubahan. Peranan sektor industri bertambah penting, sedang sektor pertanian menurun. Kemahiran  dan kepandaian para pekerja bertambah tinggi.
2.      Sifat  kepemimpinan dalam perusahaan mengalami perubahan. Peranan manajer profesional kian  bertambah penting dan menggantikan kedudukan pengusaha yang merangkap jadi pemilik.
3.      Masyarakat secara keseluruhan merasa bosan dengan keajaiban yang diciptakan oleh industrialisasi. Dan kritik-kritik terhadapnya  mulai timbul.

5. Tahap Konsumsi Tinggi
            Tahap terakhir dalam teori pertumbuhan Rostow adalah tahap konsumsi tinggi, yaitu masa dimana perhatian masyarakat lebih menekankan kepada masalah-masalah konsumsi dan kesejahteraan, dan bukan lagi kepada masalah produksi. Dalam tahap ini terdapat tiga macam tujuan masyarakat yang saling bersaing untuk mendapatkan sumber daya yang tersedia dan dukungan politik, yaitu:
1.      Memperbesar kekuasaan dan pengaruh negara ke luar negeri, dan kecenderungan ini umumnya berwujud penaklukan negara-negara lain.
2.      Menciptakan welfare state, yaitu kemakmuran yang lebih merata bagi penduduk dengan cara mengusahakan terciptanya pembagian pendapatan yang lebih merata melalui sistem perpajakan progresif. Dalam sistem perpajakan seperti ini, makin tinggi pendapatan makin besar pula tingkat pajak atas peningkatan itu.
3.      Mempertinggi tingkat konsumsi masyarakat di atas konsumsi keperluan utama yang sederhana seperti makanan, pakaian, dann perumahan menjadi konsumsi barang-barang tahan lama dan mewah.